بِسْمِ
اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّ حِيْمِ
Oleh : Naqibah Al-Mukarromah
Buah hati adalah amanah yang Allah berikan kepada orang tua yang
telah Allah beri kemampuan untuk mengemban amanah yang Allah berikan. Buah hati
adalah bentuk dari buah cinta yang Allah semayamkan pada dua insan yang telah
Allah ridhai. Buah hatilah yang menjadi sosok yang didamba bagi setiap pasangan
suami istri, dengan hadirnya buah hati menjadi pelengkap kebahagian rumah
tangga. Nabi r bersabda : “Tidaklah lahir seorang anak dalam keluarga seseorang
melainkan ia menjadi Kemuliaan tersendiri bagi mereka yang sebelumya tidak
ada.”[1]
Subhanallah, betapa kita sangatlah didamba dan dimuliakan. Setiap
anak terlahir dalam keadaan suci, peran orang tualah yang akan merubah dan
mengarahkan kemana sang anak akan terarah. Kejalan yang diridhainyakah atau
dimurkainya. Rasulullah r bersabda :
كُلُّ
مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى اْلفِطْرَةِ, وَإِنََمَا أَبَوَاهُ يَهُوَّدَانِهِ أَوْ
يُمَجِّسَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ
Setiap anak sebenarnya dilahirkan di atas (fitrah). Kedua orang
tuanyalah yang akan membuatnya menjadi Yahudi, Majusi, Nasrani.
Imam Ghazali mengatakan : “ Anak merupakan amanah bagi kedua orang
tuanya. Hatinya yang masih suci merupakan mutiara yang masih polos tanpa ukiran
dan gambar. Dia siap diukir dan cenderung kepada apa saja yang
mempengaruhinya.jika ia dibiasakan dan diajarkan untuk berbuat kebaikan, ia
akan tumbuh menjadi anak yang baik. Dengan begitu kedua orang tuanya akan
berbahagia di dunia dan akhirat, sebaliknya, jika ia dibiasakan berbuat jahat
dan dibiarkan begitu saja seperti binatang ternak, maka ia akan sengsara dan binasa.
Dan dosapun akan dipikul oleh orang yang bertanggungjawab untuk mengurusinya
dan walinya sampai ia tumbuh dewasa.
1.
KENALI
SIAPA ANAK KITA
(Strategi mengenali anak selama masa pertumbuhan)
“Tidak
ada pemberian seorang ayah kepada anaknya yang lebih utama melebihi adab yang
baik_ HR.Tirmidzi
Sejauh mana anda mengenali anak anda? Apakah anda selama ini telah
memperhatikannya dengan baik? Mengenali anak adalah langkah awal menyayanginya.
Tanpa mengenali perilaku anak. Anak akan kebingungan bagaimana mendidiknya.
Bergegaslah mendidik anak-anak sebelum kesibukanmu
bertumpuk-tumpuk. Jika dia telah dewasa, namun tidak berakal, dia akan lebih
memusingkanmu.
Memahami dunia anak sejak dini adalah langkah awal yang tepat
sebelum mengolahnya menjadi generasi tangguh. Penanganan anak pada jenjang usia
tertentupun berbeda-beda, tidak bisa disamaratakan. Karena setiap anak memiliki
titik tekan tersendiri dalam melatih kemampuannya pada setia jenjang di tiap
tahunnya. Hal ini pula terkait dengan perkembangan fisik dan pisikologi anak.
Dunia anak jauh berbeda dengan dunia orang dewasa. Hal ini yang biasanya
membuat orang tua kewalahan dalam meladeni kelakuan dan pertanyaan anak. Sering
bertanya, sering mengadu, mengutak-atik, memecahkan barang adalah hasil dari
perkembangan sifat ini. Lambat laun sang anak akan menemui jati dirinya. Jati diri ini sangat dipengaruhi oleh
kebiasaan yang mereka lihat dan mereka dengar. Maka, mengetahui perkembangan
anak adalah suatu hal yang penting.
v Anak hanya mengenal senang dan tidak enak
Anak anda dilahirkan kedunia tanpa memiliki kesadaran mengenai
kebaikan dan keburukan, atau dengan kata mereka tidak mengenal bagus dan jelek.
Anak hanya mendasarkan seluruh tindakannya pada prinsip “senang dan sakit”.
Segala sesuatu yang membuan anak senang, maka itulah yang disukainnya.
Sebaliknya, segala yang membuatnya sakit, maka itulah yang jelek baginya.
Itulah yang anak rasakan, sehingga salah bila naka melakukan suatu tindakan
konyol yang tidak dikehendaki oleh orang tuannya, karna ia hanya melakukan
suatu yang membuat hatinya senang. Dan seharusnya orang tunayalah yang
memberitahu dan mengarahkannya, baik dan buruknya, mana yang perlu diketahui
dan tidak diketahui anaknya, peran orang tualah yang lebih dominan.
v Anak pun perlu teman
Anak tidak hanya bermain dengan teman sebayanya, lebih bagus bila
orang tuanyalah yang menjadi teman buat anaknya, bila anak suka bermain dengan
orang tuanya, maka permainan anakpun akan terkontrol oleh orang tua, sehingga
anak tidak melakukan hal yang tidak diinginkan dan tidak pantas untuk di
permainkannya, seperti permainan anak zaman sekarang, permainanya sudah
terhadap hal yang melalaikan, seperti Play station, game online, dan banyak yang bermain internet dan melihat
sesuatu yang tidak pantas untuk dilihat anak sebayanya.
v Anak kita perlu cinta
Setiap orang pasti merasa senang bila dicintai, disayang,
diperhatikan. Anak tidak bisa merasakan dan menikmati cinta dan kasih sayang
orang tua, jika tidak dibuktikan. Mendidik anak jua perlu dengan kelembutan dan
cinta, agar terbentuk dalm pribadinya kedua sifat tersebut. Sehingga anak akan
menjadi peribadi yang menawan.
Orang
tua harus tahu bahwa tiap anak tidak memiliki tipe yang sama, dan orangtua
harus bisa mengimbangi dan menyelarasi sifat setiap anak. Setiap anak berbeda
dan unik. Ada yang sulit, ada pula yang mudah beradaptasi,dan adapula yang
perlu pancingan. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
Berikut
ini tipe tipe anak :
·
Anak
yang mudah
Anak-anak golongan ini biasanya penampilannya penuh dengan
keberanian dan terbuka. Tampil dan berbicara apa adanya. Mudah bergaul dengan
orang-orang yang baru dikenalnya,lincah, serta banyak bicara. Mereka sama
sekali tidak canggung berada di lingkungan yang baru. Bahkan beberapa dari
anak-anak ini tergolong sangat aktif.
·
Anak
yang perlu pemanasan
Anak dengan tipe ini memiliki sifat tidak terlalu berani, tidak
juga takut. Ia hanya perlu waktu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
baru, setelah terbiasa mereka akan berbaur dengan sendirinya seiring berjalannya
waktu. Dan bisa lebih berani bergaul dan bertindak bermain dengan
teman-temannya.
·
Anak
yang sulit
Anak dengan tipe ini meresahkan orang tua dan tak jarang membuat
malu orang tua. Bagaimana tidak, kemanapun ibu pergi selalu dibuntuti. Anak
dengan tipe ini harus mendapatkan perhatian khusus, karna ia merasa tidak
percaya diri, takut dengan keramaian dan tidak bisa bergaul dengan orang lain.
Perlu di terpi dengan sang ahli pisikolognya.
2.
KONDISI KEJIWAAN ANAK
Kondisi anak bisa diakibatkan deri pisikologi sang ibu.
Hasil
studi dan riset yang dilakukan oleh para ahli (Dr. Fakhir Aqil, ‘Ilm Al-Nafs
Al-Tarbawi hal: 46-47), membuktikan bahwa kesehatan jasmani dan kondisi
psikis ibu sangat berpengaruh pada janin. Rasa cemas, kalut, takut, dan
sebagainya, dapat mengakibatkan hal yang serupa pada jiwa anak.
“Ketegangan dan goncangan yang dialami oleh seorang ibu hamil akan mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan pada janin. Bahkan hal itu akan membuat anak yang ia kandung menjadi seorang yang emosional. Karena itu, perlu adanya program bimbingan bagi para ibu hamil untuk menghindarkan semua pikiran yang dapat mengusik ketenangannya dan menciptakan ketegangan dan kece-masan, serta menjaga agar suasana kehidupannya selalu harmonis dan menyenangkan”.
“Masa kehamilan juga sangat berpengaruh pada kestabilan jiwa dan mental anak”.
Demikian pula halnya dengan kondisi spiritual, moral dan kejiwaan, seperti kecemasan dan ketenangan, kerisauan dan kestabilan mental, ketakutan dan sebagainya, semua itu sangat berpengaruh pada anak. Walaupun pada perkembangan selanjutnya, anak akan dipengaruhi oleh lingkungannya. Ada kalanya lingkungan akan menyelamatkannya dari pengaruh buruk yang ia bawa sejak lahir. Sebaliknya, bisa jadi lingkungan akan merusak potensi baik yang ia bawa sejak lahir.
“Ketegangan dan goncangan yang dialami oleh seorang ibu hamil akan mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan pada janin. Bahkan hal itu akan membuat anak yang ia kandung menjadi seorang yang emosional. Karena itu, perlu adanya program bimbingan bagi para ibu hamil untuk menghindarkan semua pikiran yang dapat mengusik ketenangannya dan menciptakan ketegangan dan kece-masan, serta menjaga agar suasana kehidupannya selalu harmonis dan menyenangkan”.
“Masa kehamilan juga sangat berpengaruh pada kestabilan jiwa dan mental anak”.
Demikian pula halnya dengan kondisi spiritual, moral dan kejiwaan, seperti kecemasan dan ketenangan, kerisauan dan kestabilan mental, ketakutan dan sebagainya, semua itu sangat berpengaruh pada anak. Walaupun pada perkembangan selanjutnya, anak akan dipengaruhi oleh lingkungannya. Ada kalanya lingkungan akan menyelamatkannya dari pengaruh buruk yang ia bawa sejak lahir. Sebaliknya, bisa jadi lingkungan akan merusak potensi baik yang ia bawa sejak lahir.
Begitupula dengan pendidikan yang diajarkan kepada anak dalam
membesarkannya. Yang akan membentuk kejiwaannya.
Jika
anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki.
Jika
anak dibesarkan dengan permusuhan,ia belajar berkelahi.
Jika
anak dibesarkan dengan cemoohan,ia belajar rendah diri.
Jika
anak dibesarkan dengan penghinaan,ia belajar menyeasali diri.
Jika
anak dibesarkan dengan toleransi,ia belajar menahan diri.
Jika
anak dibesarkan dengan pujian,ia belajar menghargai.
Jika
anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan,ia belajar keadilan.
Jika
anak dibesarkan dengan rasa aman,ia belajar menaruh kepercayaan.
Jika
anak dibesarkan dengan dukungan,ia belajar menyenangi diri.
Jika
anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan
cinta dan kedamaian.
3.
PERKEMBANGAN
ANAK SEJAK LAHIR HINGGA DEWASA
|
Pertumbuhan
dan perkembangan manusia sejak bayi dalam rahim ibu sampai remaja beberapa
tahapan berikut ini.
Secara
perlahan-lahan bayi akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan, misalnya
bayi mulai memiliki kemampuan mengisap, menelan, merentangkan tangan, dan
memegang. Tahap perkembangan berikutnya seperti tengkurap, duduk, berbicara,
dan berjalan. Proses ini memakan waktu berbulan-bulan sampai umur 2 tahun.
Peristiwa ini terjadi disertai dengan pertambahan tinggi badan dan berat
badan, juga perubahan bentuk tubuh. Tubuh seseorang berubah dengan cepat pada
masa anak-anak dan remaja. Selanjutnya proses pertumbuhan dan perkembangan
akan terus berlangsung sampai masa remaja dan dewasa. Proses berikutnya
adalah proses penuaan. Kulit tubuh seorang anak tampak kencang dan licin,
tetapi jika orang itu sudah tua, otot-ototnya menjadi lemah dan kulitnya
menjadi keriput.
|
|
1.
Tahap Bayi (Infancy): Sejak lahir hingga usia 18 bulan.
Periode ini disebut
juga dengan tahapan sensorik oral, karena orang biasa melihat bayi memasukkan
segala sesuatu ke dalam mulutnya., dengan penekanan pada kontak visual dan
sentuhan. Jika periode ini dilalui dengan baik, bayi akan menumbuhkan perasaan
perasaan mistrust (tidak percaya) dan akan melihat bahwa dunia ini adalah
tempat yang mengecewakan dan penuh frustrasi. Di awal kehidupan ini begitu
penting meletakkan dasar trust (percaya) pada lingkungan dan melihat bahwa
kehidupan ini pada dasarnya baik. Sebaliknya, bila gagal di periode ini,
individu memiliki perasaan percaya dan keyakinan bahwa tiap manusia memiliki
hak untuk hidup di muka bumi, dan hal itu hanya bisa dilakukan oleh sosok Ibu,
atau siapapun yang dianggap signifikan dalam memberikan kasih sayang secara
tetap.
2.
Tahap Kanak-Kanak Awal (Early Childhood): 18 Bulan hingga 3 tahun.
Selama tahapan ini
individu mempelajari ketrampilan untuk diri sendiri. Bukan sekedar belajar
berjalan, bicara, dan makan sendiri, melainkan juga mempelajari perkembangan motorik
yang lebih halus, termasuk latihan yang sangat dihargai: toilet training. Di
masa ini, individu berkesempatan untuk belajar tentang harga diri dan otonomi,
seiring dengan berkembangnya kemampuan mengendalikan bagian tubuh dan tumbuhnya
pemahaman tentang benar dan salah. Di sisi lain, ada kerentanan yang bisa
terjadi dalam periode ini, khususnya berkenaan dengan kegagalan dalam proses
toilet training atau mempelajari skill lainnya, yang mengakibatkan munculnya
rasa malu dan ragu-ragu. Lebih jauh, individu akan kehilangan rasa percaya
dirinya.
3.
Tahap Usia Bermain (Play Age): 3 hingga 5 tahun.
Pada periode ini,
individu biasanya memasukkan gambaran tentang orang dewasa di sekitarnya dan
secara inisiatif dibawa dalam situasi bermain. Di masa ini, muncul sebuah kata
yang sering diucapkan seorang anak ”KENAPA?”.
4.
Tahap Usia Sekolah (School Age): Usia 6 – 12 tahun.
Periode ini sering
disebut juga dengan periode laten, karena individu sepintas hanya menunjukkan
pertumbuhan fisik tanpa perkembangan aspek mental yang berarti, berbeda dengan
fase-fase sebelumnya. Kita bisa simak, dalam periode sebelumnya pertumbuhan dan
perkembangan berbilang bulan saja untuk manusia agar bisa tumbuh dan
berkembang. Ketrampilan baru yang dikembangkan selama periode ini mengarah pada
sikap industri (ketekunan belajar, aktivitas, produktivitas, semangat,
kerajinan, dsb), serta berada di dalam konteks sosial. Bila individu gagal
menempatkan diri secara normal dalam konteks sosial, ia akan merasakan ketidak
mampuan dan rendah diri.
5.
Tahap Remaja (Adolescence): Usia 12 hingga 18 tahun.
Bila sebelumnya
perkembangan lebih berkisar pada apa yang dilakukan untuk saya, sejak stage
perkembangan ini perkembangan tergantung pada apa yang saya kerjakan. Karena di
periode ini individu bukan lagi anak tetapi belum menjadi dewasa, hidup berubah
sangat kompleks karena individu berusaha mencari identitasnya, berjuang dalam
interaksi sosial, dan bergulat dengan persoalan-persoalan moral.
Tugas perkembangan di
fase ini adalah menemukan jati diri sebagai individu yang terpisah dari
keluarga asal dan menjadi bagian dari lingkup sosial yang lebih luas. Hal utama
yang perlu dikembangkan di sini adalah filosofi kehidupan. Di masa ini,
seseorang bersifat idealis dan mengharapkan bebas konflik, yang pada
kenyataannya tidak demikian. Wajar bila di periode ada kesetiaan dan
ketergantungan pada teman.[2]
5.MELINDUNGI
BUAH HATI DARI GANGGUAN SETAN
Melindungi si jabang bayi dari gangguan jin bisa di atasi dari fase
sebelum kehamilan, seperti yang telah di ajarkan Nabi muhammad saw, bila
sepasang suami istri ingin melakukan hubungan intim, hemdaknya ia membaca Do’a
sebelumnya, agar tidak ada campur tangan iblis/setan didalamnya.
Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab sahihnya dari
ibnu abbas radiyallahuanhuma dari nabi saw beliau pernah bersabda :
لَوْ أَنَّ أَحَدَ كُمْ إِِذَا
أَرَادَ أَنْ يَأْتَىَ أَهْلَهُ قَالَ بِسْمِ اللهِ اللَّهُمَّ جَنَّبْنَا
الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا. فَإِنَّهُ إِنْ يُقَدَّرْ بَيْنَهُمَاوَلَدٌ فِيْ
ذَلِكَ لَمْ يَضُرَّهُ شَيْطَانَ أَبَدًا.
“Apabila salah seorang diantara kalian
berhubungan intim dengan istrinya lalu ia membaca : Bismillah allahumma
jannibnas syaithaan wa jannibis syaithaan maa razaqtanaa ( Dengan nama Allah,
ya Allah jauhkanlah kami dari gangguan setan dan jauhkan pula apa yang nanti
engkau rizkikan kepada kami dari gangguan setan). Maka sesungguhnya jika
keduanya ditakdirkan memperoleh seorang anak maka setan tidak akan mampu
memudharatkan anak itu selamanya.”
Sepasang suami istri punya kewajiban untuk melindungi anaknya dari
gangguan setan sejak masa pra kehamilannya, adapun pada paska melahirkan setiap
anak cucu adam pasti di ganggu setan, seperti sabda Rasulullah saw : “Tidak ada
seorang anak adampun yang terlahir kecuali dijamah oleh setan ketika ia lahir
sehingga bayi itu menangis dan menjerit akibat jamahan setan tersebut, kecuali
isa bin maryam.”
6.BAGAIMANA
RASUL MENDIDIK ANAK-ANAKNYA.
Rasulullah adalah sebaik-baik pendidik, beliau adalah suri tauladan
yang sangan baik dan berkualitas. Rasulullah tidak pernah mendidik anak cucunya
dengan kekerasan, beliau mendidiknya dengan kelemah lembutan dan didikan yang
penuh pengajaran. Beliau adalah seadil-adilnya manusia yang memberi hak kasih
kepada setiap anak, dan beliau pula adil dalam membagi cinta kasihnya. Beberapa
metode penting yang Rasulullah ajarkan kepada kita terkhusus kepada kedua orang
tua dalam pendidikan anaknya.
1.
Teladan
yang baik
Hal tersebut adalah teladan orang tua yang baik kepada anaknya.
Seperti, mengajarkan shalat, berkata yang baik, berteman dengan orang yang
baik, berkata jujur, tidak suka berkelahi dan lain sebagainya. Teladan yang
akan membentuk pribadi dan perangai anak tersebut.
2.
Bersikap
adil pada setiap anak
Rasulullah mengajarkan bersikap adil pada setiap anak agar tidak
ada kecemburuan sosial, atau yang akan menjadikan persaudaraan retak akibat
ketidak adilan dalam memberikan kasih sayang ataupun harta. Karna setiap anak
memiliki hak masing-masing atas yang dua di atas.
3.
Membelikan
mainan
Rasulullah juga pernah membelikan maianan kepada cucunya hasan dan
husain, begitupula Rasulullah pernah membelikan istrinya (Aisyah) sebuah boneka
mainan, itu sebagai bentuk sayang dan hadiah. Karna anak-anak identik dengan
mainan, karna dunianya adalah bermain.
4.
Memberi
pelajaran bila anak salah
Adakalanya orang tua harus tegas bila anaknya melakukan kesalahan,
namun bukan berarti orang tua harus seenaknya memukul dan menyiksa anak. Dalam
hukuman tersebut harus dilandasi sebagai didikan dan agar si anak jera dengan
kesalahan yang ia perbuat sehingga sang anak tidak akan mengulangi kesalahan
yang sama. Dalam memberi hukuman kepada anakpun ada batas-batasannya, dilarang
bagi orang tua untuk memukul dibagian wajah dan kepala. Karna akan menimbulkan
cela.
5.
Meluruskan
kesalahan anak
Setiap anak tidak selamanya menjadi baik dan tidak selamanya buruk.
Bila anak melakukan kesalahan hendaknya orang tua tidak mencaci dan mencelanya,
akan tetapi luruskan dan arahkan pada kebaikan. Karna bisa jadi, ketika sang
anak melakukan kesalahan tersebut, ia tidak tahu bahwa hal yang telah ia
lakukan itu salah. Maka dari itu orang tualah yang berperan untuk
meluruskannya.
6.
KESALAHAN MENDIDIK ANAK DAN KESUKSESAN MENDIDIK ANAK

1.
Terlalu
bersikap kasar kepada anak
Banyak orang tua yang bersikap kasar dan keras kepada anaknya
melebihi batas kewajaran. Entah memukulnya dengan pukulan menyakitkan bila ia
berbuat kesalahan, meskipun untuk kali pertama, atau banyak membentak dan
mengomelinya setiap kali ia berbuat kekeliruan, baik besar maupun kecil, serta
berbagai bentuk kekerasan dan kekasaran yang lain.
2.
Bersikap
diskriminatif terhadap anak
Sebagian orang tua membeda-bedakan diantara anak-anaknya dan tidak
bersikap adil terhadap mereka dengan menerapkan perlakuan yang sama, baik dalam
hal materi maupun psikis. Ada sosok orang tua yang membeda-bedakan diantara
anak-anaknya terkait pemberian dan hadiah. Ada yang membeda-bedakan diantara
mereka dalam hal kasih sayang dan sendaw gurau, dan masih banyak lagi contoh
lainnya. Semua itu akan memicu sebagian anak dengan sebagian yang lainnya,
menyebabkan merebaknya kebencian diantara sesama mereka, dan menimbulkan
kerengangan serta konflik diantara mereka.
3.
Meremehkan
anak dan kurang memotivasinya
Sebagian orang tua adalah meremehkan anak dan kurang memotivasinya.
Beberapa fenomena sebagai berikut:
A.
Menyuruh
anak diam apabila ia berbicara serta mencemooh dirinya dan ucapannya. Sehingga
menjadikan anak tidak percaya diri dan tidak berani berbicara dan mengutarakan
pendapatnya.
B.
Menghina
anak apabila ia melakukan kesalahan, mencelanya bila ia keliru dalam menentukan
sikap atau khilaf pada suatu kesempatan.
C.
Mencemooh
anak apabila ia bersikap lurus. Ini adalah tindakan merendahkan paling parah
dan paling besar porsinya.
4.
Kurang
memahami tabiat anak dan kejiwaan anak
Banyak ayah yang tidak memahami kejiwaan anak-anaknya, juga tidak
mengetahui tabiat tiap-tiap anak berbeda-beda. Ada anak yang cepat marah,ada
yang berwatak dingin, dan ada juga yang memiliki emosi normal. Maka
memperlakukan mereka dengan satu cara terkadang akan menjadi sebab penyimpangan
bagi mereka.
5.
Kurang
memperhatikan fase usia anak
Anda bisa menjumpai orang tua yang memperlakukan anaknya seperti
anak kecil meskipun si anak telah tumbuh dewasa. Perlakuan ini akan berpengaruh
terhadap jiwa anak dan menjadikannya selalu merasa kurang. Tiap-tiap fase
memiliki perlakuan tersendiri yang mesti diperhatikan dan di penuhi oleh orang
tua.
6.
Membela
anak yang bersalah
Banyak orang tua yang membela anaknya yang bersalah dihadapannya,
khususnya disekolah. Salah seorang guru atau kepala sekolah memarahi atau
memukul anaknya disekolah sebagai bentuk hukuman kepada anaknya karna melakukan
perlanggaran. Namun orang tua tidak terima dan datang dengan kemarahan yang
memuncak.

1.
Berdo’a
untuk kebaikan anak dan tidak melaknatnya.
Bila anak-anak kita adalah anak yang solih, maka dido’akan agar
mereka tetap teguh dan bertambah keshalihannya. Namun bila mereka merupakan
anak-anak yang bandel, maka dodo’akan agar mereka mendapat hidayah dan
diluruskan oleh Allah ta’ala. Yang harus dihindari jauh jauh adalah mrndo’akan
keburukan untuk anak. Apabila anak rusak atau menyimpang, maja kedua orang tua
adalah orang pertama yang mesti diperbaiki kondisinya.
2.
Menjauhkan anak dari akhlak tercela dan menjadikannya
buruk dalam pandangan mereka
Orang tua hendaknya menanamkan agar anak-anak membenci
kedustaan,sifat khianat,dengki,iri,ghibah,mengambil hak orang lain,durhaka
kepada orang tua,memutus silaturahmi,pengecut,mengutamakan diri sendiri dan
berbagai akhlak tercela yang lainnya. Sehingga anak-anak tumbuh terhadap
sifat-sifat tersebut dan menjauhinya.
3.
Mengajarkan
perkara-perkara yang baik
Apabila anak telah terlatih memenuhi adab,akhlak dan
perkara-perkara yang baik tersebut, ia akan terbiasa melakukannya dan lambat
laun akan menjadi karakter keprbadiannya.
Selama anak masih dalam masa kekanak-kanakanya, ia masih bisa menerima
pengajaran dan pengarahan, dan akan tumbuh dewasa dengan apa yang telah menjadi
kebiasaannya.
4.
Selalu
menggunakan ungkapan yang baik saat berinteraksi dengan anak
Yang mesti dilakukan orang tua dalam berinteraksi dengan anak
adalah melontarkan ungkapan-ungkapan yang baik dan bisa diterima oleh anak,
serta menjauhkan diri dari kata-kata kotor ketika sedang berbicara dengannya. Dan
hendaknya anak dijauhkan dari kalimat cela’an, cacian,cemoohan, dan
ungkapan-ungkapan rendah lainnya. Sebagai contoh orang tua yang mengucapkan
kalimat baiknya adalah, bila melihat sesuatu yang menakjubkan dari pribadi anak
ia mengucapkan masya Allah, bila mendapati anknya sukses, ia beri selam dan
subhanallah. Dan bila anak melakukan kesalahan, orang tua tidak membentaknya
melainkan menegur dan mengarahkannya dengan bahasa, “bukan begitu sebaiknya,
nak” dan ungkapan-ungkapan lainnya yang dengan tidak langsung akan membentuk
kepribadian anak tersebut.
5.
Membiasakan
anak pergi ke masjid
Ini dikhususkan untuk anak laki-laki dan menjadi tanggung jawab
ayah untuk melatih pergi kemasjid sejak dini, sebagai bentuk pengenalan rumah
Allah, walaupun si anak belum sempurna mengetahu bagai mana tata cara solat,
setidaknya ia bisa meniru ayahnya, karna anak kecil suka dalam hal meniru.
Ketika beranjak dewasa ayah wajib bersikap tegas kepada anaknya untuk pergi
kemasjid untuk menunaikan solat berjama’ah dengan jama’ah muslimin lainnya,
bersungguh-sungguh dalam masalah ini dan bersabar karenanya. Allah ta’ala
berfirman ( Thaha : 132).
6.
Memperhatikan
anak, mengembangkan bakat, dan meminta pendapat anak.
Ibnul Qoyyim rohimahullah berkata : “ diantara hal yang seharusnya
dilakukan kepada anak adalah memperhatikan kondisi anak, dan memperhatikan
segala gerak gerinya, karena dari segala sesuatu yang anak lakukan adalah
bentuk dari sebagian bakat atau potensi yang ada pada diri anak secara
otodidak. Kemudian orang tua juga berperan penting dalam pengembangan bakat dan
potensi yang ada pada diri anak. Dengan cara memberikan cerita-cerita yang
melejitkan imajinasinya, memotivasinya untuk terus melakukan tanpa pantang
menyerah. Dan meminta pendapat anak juga sangat penting, walau pendapat yang
nantinya anak lontarkan adalah kalimat konyol yang tidak masuk akal, setidaknya
orang tua sudah bisa menghargainya karna telah menikut sertakan dirinya dalam
sebuah pendapatnya. Anak akan meras senang karna dirinya sangatlah berguna.
7.
Besikap
adil terhadap anak-anak
Langit dan bumi tak akan berdiri kokoh tanpa danya keadilah,
kondisi umat tak akan menjadi lurus tanpa adanya keadilan. Begitupula dalan
setiap pemberian harta, hadiah atau kasih sayang kepada setiap anak-anak.
Setiap anak memiliki hak untuk keadilan kasih sayang, tak sepantasnya orang tua
menspesialkan satu dari anak-ananya hanya karna anak ini paling unggul diantara
saudara-saudaranya. Nmaun, orang tua yang baik adalah yang bis membagi kasih
sayangnya dengan adil kepad semua anak-anaknya.
8.
Memberi
anak kesempatan untuk memperbaiki kesalahan
Setiap manusia pasti memiliki kesalahan, begitupula anak kecil,
rentan sekali melakukan kesalahan dan membuat orang tuanya naik pitam. Tapi
inatlah wahai orang tua yang bijaksana, berilah anak kesempatan untuk
memperbaiki kesalahannya, karena dengan ia melakukan kesalahan dan suatu sa’aat
ia akan menyesali kesalahan yang ia perbuat, itu akan menjadikan ia bertambah
dewasa. Namun bukan berarti kita harus mendiamkannya bila melakukan kesalahan
dan membiarkan ia memperbaiki sendiri kesalahannya. Tapi wajib bagi kita untuk
mengarahkannya dan menuntunnya kejalan yang benar.
Demikianlah kita dapat mengenali anak kita
dari fase dalam kandungan sampai ia beranjak dewasa, dan berbagai pendidikan
dan pisikologi yang jarang kali bagi setiap orang tua memperhatikannya. Semoga
makalah yang saya buat ini bisa membuka mata para orang tua dan menjadikan kita
tahu bagaimana cara mengenali sang buah hati dan bagaimana mendidiknya menurut
ajaran Al-Qur’an dan A-Sunnah.
Wallahua’lam
bisowwab
Referensi
:
·
Melindungi
buah hati dari gangguan setan,
Abu Abdur rahman Ar-Rifaa’i,wa islama
·
Knowing
your child, (strategi mengenali anak selama
masa pertumbuhan), adil fathi abdullah, samudra
·
Mendidik
anak bersama nabi,muhammad
suwaid, pustaka arafah
·
Salah
kaprah mendidik anak,muhammad bin
ibrahim al-hamd & hamd hasan raqith,kiswah media
·
Mendidik
anak dengan cinta,irawati
istadi, child edu.
·
Pendidikan
anak dalam islam, Dr. Abdullah
nashih ulwan, pustaka amani.
·
http://www.dokteranak.net/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar